Rabu, 18 Mei 2011


BAHAN AJAR ELEKTRONIK
MATA KULIAH UMUM  BAHASA INDONESIA

1.      Pokok Bahasan
:
Keparalelan Bentuk pada  Kalimat
2.      Tujuan Pembelajaran
:
Diharapkan mahasiswa dapat:
a.        menjelaskan pengertian keparalelan bentuk pada kalimat;
b.       menjelaskan aspek penentu keparalelan bentuk;
c.        mengidentifikasi letak ketidakparalelan bentuk pada kalimat; dan
d.       membuat kalimat yang bentuknya paralel.
3.      Petunjuk
:
a.        Pelajari bahan ajar yang tersedia dengan seksama!
b.       Kerjakan soal yang tersedia!
c.        Kirimkan hasil pengerjaan soal yang bersangkutan melalui email yang sudah ditetapkan!
d.       Bila terdapat hal yang kurang jelas, tanyakan melalui sms, email, telepon, atau langsung!

4.       Bahan Ajar

4.1   Pengertian Keparalelan Bentuk pada Kalimat
Yang dimaksudkan dengan keparalelan bentuk pada kalimat adalah kesejenisan bentuk beberapa kata pada unsure fungsi yang sama dengan status yang sama. Pada pengertian tadi, terdapat tiga hakikat. Pertama, keparalelan bentuk berupa kesamaan bentuk kata pada beberapa kata. Bentuk yang dimaksudkan adalah bentuk nomina, ajektiva, atau verba. Kedua, keparalelan bentuk pada beberapa kata tadi adalah keparalelan bentuk beberapa kata yang menduduki unsure fungsi yang sama. Keparalelan bentuk tersebut bukan berupa keparalelan bentuk beberapa kata yang menduduki fungsi yang berbeda. Kata-kata yang berada pada fungsi yang berbeda tidak diharuskan untuk paralel. Ketiga, beberapa kata pada fungsi yang sama yang harus paralel itu adalah kata-kata yang berstatus sama. Kata-kata tersebut merupakan rincian. Kata-kata tersebut tidak berhubungan atributif.
Perhatikan contoh kalimat berikut ini!
a.        Ia melakukan pencatatan, pengoreksian, pengarsipan, dan pelaporan.
b.       Setelah menerima, membuka, dan membacanya, ia membakar surat itu.
Pada kalimat pertama, kata pencatatan, pengoreksian, pengarsipan, dan pelaporan menduduki unsure fungsi yang sama, yakni fungsi objek. Pada fungsi tersebut, kata-kata tadi memiliki status yang sama. Kata-kata tersebut merupakan rincian. Di antara kata-kata tersebut tidak ada hubungan atributif, yang satu menerangkan yang lain. Oleh karena itu, kata pencatatan, pengoreksian, pengarsipan, dan pelaporan memiliki bentuk yang sama. Bentuk setiap kata tersebut berupa nomina, yakni nomina tentang pekerjaan. Kesamaan bentuk yang demikianlah yang dimaksudkan dengan keparalelan bentuk.
Pada kalimat kedua, kata menerima, membuka, membacanya, dan membakar memiliki fungsi yang sama, yakni sebagai predikat. Pada fungsi predikat tadi, kata-kata tersebut memiliki status yang sama atau sejajar sehingga bisa saling bersubstitusi (saling menggantikan). Di antara kata-kata tersebut tidak ada yang menerangkan kata lainnya (hubungan atributif). Oleh karena itu, kata-kata tersebut disajikan dengan bentuk yang sama, yakni bentuk verba aktif. Ini pun merupakan kondisi yang paralel.
Berikut ini merupakan kalimat yang tidak memiliki keparalelan bentuk.
a.        Ia melakukan pencatatan, pengoreksian, pengarsipan, dan melaporkan.
b.       Setelah menerima, membuka, dan membacanya, surat itu dibakarnya.
Pada kalimat pertama, kata melaporkan tidak paralel dengan deret kata sebelumnya. Kata tersebut berbentuk kata kerja aktif, sementara beberapa kata sebelumnya berupa kata nomina. Karena, kata tersebut menduduki fungsi objek, mestinya kata itu berbentuk sama dengan kata sebelumnya, yakni bentuk kata nomina. Pada kalimat kedua, kata menerima, membuka, dan membacanya tidak paralel dengan kata dibakarnya. Kata-kata tersebut berbentuk kata kerja aktif; sementara kata dibakarnya berbentuk kata kerja pasif. Karena subjeknya surat itu, maka predikatnya harus berbentuk kata kerja pasif sehingga kata-kata tadi mestinya itu berbentuk kata kerja pasif, yakni diterima, dibuka, dan dibacanya.

4.2   Aspek Penentu Kepaduan
Keparalelan bentuk ini belum tentu harus dimiliki suatu kalimat. Kalimat yang harus memiliki keparalelan bentuk ini hanya kalimat tertentu saja, yakni kalimat yang memiliki beberapa kata sebagai rincian dengan status yang sama yang menduduki unsure fungsi yang sama. Dengan demikian, kehadiran beberapa kata yang dideretkan sebagai rincian dengan status yang sama pada unsure fungsi yang sama ini merupakan penentu keharusan adanya keparalelan bentuk kata.
Jenis bentuk bagaimanakah yang harus dimiliki setiap kata yang dideretkan pada suatu unsure fungsi itu? Jenis bentuk kata tersebut ditentukan oleh dua hal, yakni unsure fungsi dan makna sintaksis pengisi unsure fungsi yang bersangkutan. Kalau unsure fungsinya itu predikat dengan makna sintaksis pekerjaan aktif, maka bentuk semua kata yang deretkan itu harus berupa kata kerja aktif. Bila unsure fungsinya objek dengan makna pelaku, maka semua kata yang dideretkan pada objek yang bersangkutan harus berupa nomina dengan makna pelaku.
Perhatikan kembali contoh kalimat tadi, yakni:
Ia melakukan pencatatan, pengoreksian, pengarsipan, dan pelaporan.
Pada kalimat tersebut terdapat beberapa kata yang disajikan pada fungsi yang sama, yakni fungsi objek. Kata-kata tersebut adalah pencatatan, pengoreksian, pengarsipan, dan pelaporan. Pada fungsi objek tersebut, kata-kata yang bersangkutan  memiliki status yang sama sehingga bisa saling bersubstitusi. Karena beberapa kata tadi disajikan pada fungsi yang sama; karena beberapa kata tersebut berstatus sama, maka kata-kata yang bersangkutan disajikan  pada bentuk yang sama atau paralel, yakni bentuk nomina tentang pekerjaan.


4.3   Pengidentifikasian Letak Ketidakparalelan
Pengidentifikasian ketidakparalelan bentuk kata pada kalimat ini dilakukan dengan langkah:
a.        menganalisis unsure fungsi kalimat;
b.       mengidentifikasi unsure fungsi yang diisi beberapa kata yang berstatus sama;
c.        mengidentifikasi bentuk kata yang diharapkan sesuai dengan konteksnya (berdasarkan unsure fungsi dan makna sintaksisnya);
d.       mengidentifikasi kata yang bentuknya tidak sesuai dengan bentuk kata yang diharapkan.
 Perhatikan contoh ketidakparalelan pada contoh kalimat sebelumnya, yakni pada kalimat:
Setelah menerima, membuka, dan membacanya, surat itu dibakarnya.
a.        Langkah pertama menunjukkan bahwa subjek kalimat itu adalah surat itu; predikatnya adalah menerima, membuka, membacanya, dan dibakarnya.
b.       Langkah kedua menunjukkan bahwa pada kalimat tadi terdapat unsure fungsi yang diisi oleh beberapa kata yang sejajar statusnya, yakni fungsi predikat dengan kata-katanya adalah menerima, membuka, membacanya, dan dibakarnya.
c.        Langkah ketiga menunjukkan bahwa idealnya bentuk kata pada predikat tadi berupa kata kerja pasif karena subjeknya adalah surat itu. Subjek tersebut membutuhkan predikat yang berupa pekerjaan yang mengenai dirinya. Kata kerja demikian itu tidak lain adalah kata kerja pasif.
d.       Langkah keempat menunjukkan bahwa kata-kata yang bentuknya tidak sesuai dengan tuntutan keparalelan itu adalah menerima, membuka, dan  membacanya.


4.4   Cara Pembuatan Kalimat yang Memiliki Keparalelan Kata
Untuk mendapatkan kalimat yang memenuhi criteria keparalelan bentuk kata, pembuat kalimat harus melakukan hal-hal berikut.
a.        Memperhatikan ada tidaknya deret kata yang berstatus sama pada satu buah unsure fungsi.
b.       Menentukan bentuk kata ideal sesuai dengan status unsure fungsi serta makna sintaksis.
c.        Menyesuaikan bentuk kata-kata yang bersangkutan dengan bentuk yang ideal.

5.       Soal Latihan


a.       Jelaskan apa yang dimaksudkan dengan keparalelan bentuk pada kalimat!
b.      Aspek apa yang merupakan penentu keparalelan bentuk pada kalimat?
c.       Kata-kata manakah yang mengganggu keparalelan bentuk kata dalam kalimat berikut. “Setelah diterima dan dibukanya, ia memeriksa kiriman tersebut.”
d.      Bagaimanakah cara membuat kalimat yang memenuhi criteria keparalelan bentuk kata?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar